Aku merupakan anak dari keluarga tidak
mampu. Ayahku seorang pekerja bangunan yang selalu membawa uang hanya untuk
keperluan mengisi perut saja. Sedangkan Ibuku adalah pekerja serabutan siang
malam. Dia rela bekerja mulai dari mencuci, menggosok, memasak, sampai
membersihkan kandang hewan.
Namaku Raka. Aku adalah seorang anak
yang berasal dari keluarga yang sederhana. Aku bersekolah di SMAN 1 Bekasi.
Seperti kata orang – orang, SMAN 1 Bekasi merupakan sekolah unggulan di Bekasi
yang berisi orang – orang pintar dan cerdas. Aku sangat bersyukur dapat masuk sekolah ini. Aku juga suka
berolahraga, terutama basket. Aku, tidak pernah mengenal lelah jika sedang
bermain basket.
Menjadi
seorang masinis bukanlah suatu perkara yang mudah, mengemudikan satu rangkaian
kereta api dengan ratusan penumpang di belakang yang seluruhnya menaruh harapan
kepada seorang masinis agar dapat membawa kereta api itu dengan selamat. Disaat
penumpang yang ada dibelakangnya terlelap dalam buaian mimpi, sang masinis pun
terus berharap dan berdoa kepada sang pencipta, berilah aku kemampuan untuk
mengantarkan penumpang ku Tuhan. Bahkan mungkin ia rela diambil nyawanya
terlebih dahulu asalkan penumpang yang ia bawa selamat.
Namaku
Anisa Dewi. Orang-orang banyak yang memanggilku Anisa, namun ada juga sebagian
dari mereka memanggilku Dewi. Sudah hampir 7 tahun ku menetap dan melewati hari-hari
ku di negeri sakura. Ya, di negeri yang penuh dengan kedisiplinan dan
kompetitif yang tinggi, itulah Jepang. Disana kutimba ilmu lebih dalam dan
kudapatkan pengalaman yang tak terlupakan. Selepas SMA kuputuskan untuk mencoba
beasiswa Monbukagakushou (Beasiswa pemerintah
Jepang untuk pelajar Indonesia) dan Alhamdulillah
saat ini aku telah lulus dengan gelar Sarjana Teknik (S.T.) Jurusan Arsitektur di
Universitas Osaka. Universitas terbaik no.2 seantero Jepang.
Angka di
kalender terlihat berwarna hitam seluruhnya. Setiap hari tugas semakin
bertambah. Tugas pertama belum rampung ditambah lagi tugas berikutnya. Perlahan
berkurang namun cepat bertambah. Belum lagi pekan ulangan harian yang membuat
otak Aida tidak ada istirahatnya.
Azma mendarat di Bandara Ciampino dengan
hanya membawa segelintir barang bawaan. Ia berjalan kesana kemari memikirkan
apa yang harus ia lakukan setelahnya. Ia tidak tahu menahu tentang Roma, ia
tidak tahu tujuannya kemari, bahkan ia tidak tahu bahasa yang digunakan
masyarakat di sini.
Malam ini bintang mewarnai langit malam nan gelap.
Layaknya tinta yang ditumpahkan diatas kanvas hitam, kosong tanpa harapan. Sama
seperti diriku dahulu, yang kosong…harapan bagaikan angan-angan belaka. Tapi sekarang
semua telah berubah, aku menggapai warna-warna baru dihidupku dan kutumpahkan
semuanya di atas hatiku. Ya…aku mendapatkan dia, dia yang selalu aku impikan
sejak duduk di bangku SMA
Sore ini aku
kembali duduk di teras rumahku untuk membolak-balikkan setumpuk kertas berisi
kumpulan jurnalku yang sudah terjilid rapi. Sambil menyeruput segelas kopi yang
ketiga untuk hari ini, aku terus membaca dan menelaah inci demi inci lembaran-lembaran
dalam tumpukan tebal itu. Aku pikir ini sudah cukup bagus jika dipublikasikan.
Kulangkahkan kakiku menyusuri hutan yang lebat,
terkadang ada suara- suara aneh tertangkap oleh indera pendengaranku, membuat bulu
kudukku merinding mendengarnya. Biasanya aku akan berlari secepat mungkin jika
sudah mendegar suara aneh tersebut, dan baru saja terdengar bunyi berisik dari semak yang ada di belakangku. Kupercepat
langkah kaki untuk menyusul Lia yang berjalan beberapa meter di depan.
Ketika air terus
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah, begitupula hidupku
yang terus berlalu demi hari ke hari. Tak terasa ternyata 2 tahun telah berlalu.
Kini dijenjang akhir jenjang yang telah lebih tinggi, semakin berat beban yang
harus kujalani. Akan tak disangka jika tahun depan aku harus pergi meninggalkan
masa-masa SMA-ku yang sangat berharga.
Pagi
hari datang menyambutku. Tetapi, mataku masih saja terasa berat. Sayup-sayup,
kudengar suara teriakan mamaku “ Brendaa, banguun... Kamu lupa, hari ini kan
hari pertama kamu ke sekolah, nak. Ayo bangun. Mama sudah siapin sarapan untuk
kamu.” Seru mama. Astaga! Aku lupa kalau hari ini hari pertama Masa Orientasi
Siswa.
Hujan masih
turun dengan deras, tidak ada tanda-tanda bahwa ia akan berhenti. Aku masih
bersembunyi di bawah selimut, mungkin sedang berkaca-kaca, atau mungkin sudah
berlinang air mata, aku tidak tahu lagi. Angin di AC terus berhembus
mendinginkan badanku yang sudah berlapis selimut. Hanya lampu tidur yang
remang-remang yang menemani rasa sakit di dada ini. Tidak, aku tidak terkena
penyakit fisik. Namun, secara perasaan, aku mungkin sudah sekarat.
Zhaqy
adalah seorang pemuda dari sebuah desa di kota Solo. Dia berasal dari keluarga
yang sederhana, ayahnya adalah seorang penjual makanan di warung makan milik
keluarga dan Zhaqy pun selalu membantu ayahnya. Zhaqy memiliki cita-cita
menjadi seorang yang ahli bela diri tapi Zhaqy memiliki perut yang gendut dan
badan yang besar, sedangkan para ahli kung fu biasanya memiliki bentuk badan
yang ideal.
Cuaca siang itu sangat terik. Namun hal itu
sepertinya tidak mengganggu siswa dan siswi TK Puspa yang sedang menikmati
waktu istirahat mereka di luar kelas. Suasana begitu ceria dan riuh dengan tawa
anak-anak kecil. Beberapa dari mereka berlari-lari saling mengejar satu sama
lain, beberapa lainnya membentuk sebuah lingkaran sembari duduk di tanah dan
melakukan permainan, dan sisanya bersenang-senang di area bermain pasir.
Tetapi, terdapat satu anak laki-laki memisahkan diri dari teman-temannya.
Bising
dan sibuknya kota, sekumpulan roda empat yang berbaris sangat rapih adalah hari
gelap yang harus dilalui Shinta setiap harinya. Ia tak mengenal pagi atau pun
malam. Dihidupnya ia hanya mengenal fashion, cat walk, make up, pakaian indah nan terbuka.
Irama
ini, irama keindahan. Keindahan dan simfoni indah dari alam negeri ini. Negeri
yang indah, yang terindah. Sepotong surga yang jatuh ke bumi. Angin ini, angin
yang membawa kesejukan, melewati hutan, sungai, lembah. Damai sungguh damai.
Jikalau di dunia ini ada yang namanya kedamaian, maka inilah kedamaian itu.
Tentunya, jika tanpa suara senapan dan pesawat tempur yang lalu lalang, asap
yang mengepul tebal dan jeritan anak - anak menangis terpisah dari orang tua
mereka karena perang ini. Tentunya, jika
tanpa hal itu.
Perkenalkan namaku Shinta Clarissa,aku biasa
dipanggil Shinta.Aku duduk dibangku SMA kelas 2.Disekolah aku memiliki sahabat
yang baik,ramah dan pintar dia bernama Grace,Ruth dan Eklesia. Sebenarnya kami
ini memang sudah bersahabatan sejak SMP,dan kebetulan kami sekarang satu
sekolah lagi.Maka dari itu sampai dengan sekarang merekalah yang selalu setiap
hari menemani hari-hariku disekolah.
Galang
adalah seorang anak yang baru pindah dari Jogjakarta ke Bekasi, karena ayahnya
yang dipindah tugaskan. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang baik hati
namun sangat disiplin. Sedangkan kakaknya, adalah seorang mahasiswi jurusan
farmasi yang akan lulus pada semester ini. Karena baru pindah, Galang sangat
kelelahan sehingga ia tidak masuk pada hari pertamanya disekolah. Oiya, dia
juga sudah masuk sekolah yang bernama SMAN 1 Bekasi.
Siang hari adalah hari yang sangat panas disini. Pagi hari saja
sudah panas, ya karena memang cuaca panas seperti ini sudah biasa di Bekasi.
Seperti biasa aku mengayuh sepedaku melewati jalanan Bekasi yang macet. Dilihat
dari jarak rumahku yang cukup jauh dari sekolahku harusnya aku terlambat, tapi
karena aku mempunyai “manajemen waktu” yang baik aku tidak akan terlambat. Aku
berangkat ke sekolah jam enam pagi.
Ia melihat dengan jelas, tetapi seperti bukan pandangannya.
Ia melihat tangannya meraih baju atasan militer berwarna hijau lumut, tapi ia
tidak merasakan bahwa ia yang menggerakkan tangan itu. Ia sadar jelas, cermin
ada di sampingnya. Tapi, ia tak bisa menengokkan kepalanya, seolah-olah ia
hanya menjadi penonton—penonton yang terlibat. Rasanya seperti mengulang adegan
yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Kenalkan nama ku Farrell, aku hidup di zaman yang serba modern, saat ini
hidupku cukuplah bahagia, mengapa aku bilang cukup, karena hidup ku ini kurang
sempurna,
Perkenalkan namaku Sekar aku bersekolah di
SMA BUDI LUHUR dan aku duduk di kelas xi aku mempunyai teman sejati yang
bernama Sekar, lucu ya nama kita bisa sama.
“Brenda, lo mau beli makanan gak?” kata-kata itu
membubarkan lamunanku. “Eh, gak usah deh, gue kenyang, Rell.”, kataku
kepadanya; Farrell. “Lo kenapa sih ngelamun terus? Masih mikirin ulangan lo
tadi? Santai kali, ada gue yang lebih parah dari lo, bren.” katanya menepuk
bahuku.
Mentari mulai menampakkan wajahnya,
diiringi suara bising klakson bersahutan. Mobil-motor berlomba berebut jalan.
kemacetan seolah-olah menjadi sarapan pagi Kota Bekasi. Tetapi, hal tersebut tak
pernah menyurutkan semangat Adit, Murid salah satu SMA ternama di Kotanya,
untuk datang pagi-pagi walau sekedar mengisi imtaq pagi.
Gak. Gak ada
yang namanya kekurangan atau kelebihan. Bedanya cuma gimana cara kita sebagai
manusia buat mensyukurinya. Dan aku adalah orang yang sangat terlambat buat
menyukuri nikmat-Nya. Ya, memang pedih rasanya, saat nikmat kita dicabut dalam
sekejap. Dan hari itu menjadi hari dimana aku berhenti berlari secara nyata.
Semenjak kejadian itu,
aku tidak pernah lagi ingin mengenal apa itu cinta. Sungguh, mengingatnya saja
aku sudah muak. Mungkin ini memang jalan hidupku menjadi seorang penyendiri.
Atau memang aku saja yang tidak kuat menghadapi gelombang kehidupan yang kadang
menebarkan bunga berbau harum yang memabukkan dan kadang pulang menusuk dengan
pedang bermata dua. Mungkin juga aku yang lemah. Entahlah. Akan kuceritakan
bagaimana awal dari ketawaran hatiku ini.
Namaku Eklesia valerie.
Orang-orang biasa memanggilku dengan sebutan ekle. Sekarang Aku duduk di kelas 10 di salah satu SMA negri di Bekasi yang berlabel sekolah
favorit. Tidak heran sekolahku disebut-sebut sebagai sekolah favorit, Nem yang diperlukan untuk
masuknya saja rata-rata berkisar 35 ke atas. Syukurlah waktu itu NEM ku
berjumlah 38 sehingga aku bisa diterima disana.
Sore itu, jam tepat menunjukkan pukul 4.45. Namun Aku dan teman-teman masih saja tertawa terbahak-bahak di meja kantin, walaupun mangkok-mangkok mie yang ada di meja berwarna oranye terang itu sudah kosong, sepertinya belum ada niatan bagi kami berlima untuk pulang, biarpun wajah sudah kumal karena debu dan baju kami yang kusut tak karuan.
“Maaf
ya, aku mau fokus belajar dulu.”
Satu
kalimat. Menurutku sesuatu yang sangat klisye yang hampir
selalu diucapkan saat ingin menolak seseorang yang mengutarakan
perasaannya. Singkatnya, menolak secara halus. Sebenarnya, ada alasan dibalik
kalimat tersebut. Alasan pertama, ‘kamu jelek’. Kedua, ‘aku gak suka sama
kamu’. Ketiga, ‘aku udah suka sama oranglain’. Terlebih lagi, akulah yang
baru saja mendengarnya kata kata tersebut. Aku yang malang.
Kulangkahkan kakiku dengan semangat. Semilir angin terus mendorongku untuk melangkah maju. Ah, segar! Kurasakan angin itu menerpa seluruh permukaan tubuhku. Warna lembayung senja mulai nampak, yang menandakan aku harus bergegas. Ya, aku tak boleh terlambat! Aku harus lekas sampai di Sanggar Titian, tempatku menggantungkan harapan dan asa.
Aku membuka pintu rumah
kontrakanku yang diketuk dari luar. “Selamat ulang tahun, maaf terlambat.” Kata
seseorang yang berada di hadapanku seraya menyerahkan kado yang dibawanya. Aku
terkejut, mematung sesaat, mataku melotot tak percaya, namun segera aku
menyadarkan diri. Aku mengambil kado yang dari tadi ia sodorkan kepadaku. “Terima
kasih.” Jawabku singkat.
Namaku Yeremia ,
biasa di panggil yere, aku bersekolah di SMAN 1 bekasi. Ini adalah hari
pertamaku masuk sekolah. Dari sini lah ceritaku di mulai. Aku baru
mengenal mereka semua, orang-orang yang belum pernah aku kenal sebelumnya
Spidol warna-warni menggoreskan
dirinya di karton Putih sehingga membentuk rangkaian kata “1 semester lagi!!
Sebentar lagi aku akan mendapatkan gelar Sarjana!!!” akan kutempel di dinding
kamarku yang bernuansa Merah Jambu.
Jam
menunjukkan pukul 23.00 WIB,
seperti malam-malam biasanya. Arini selalu mematikan lampu kamar tidurnya dan
menutup seluruh tubuhnya dengan selimut bergambar Barbie
kesayangannya,
"Ku harap,
aku bisa tidur nyenyak malam
ini tanpa tahu makhluk apa yang
mendatangi ku di kala tengah malam tiba" ujar Arini sambil merinding
ketakutan.
Lalu ditutupinya
seluruh tubuh dengan selimut,
yang membuat keringat pun sedikit demi sedikit mulai bercucuran,
membasahi baju Arini yang sedang dipakainya saat itu.
GREETINGS! WELCOME TO XI MIPA 2 BATTALION SMANSASI'S BLOG!
Perkenalkan, nama kami.. EL CITO (ELEVEN SCIENCE TWO)!
Perkenalkan, nama kami.. EL CITO (ELEVEN SCIENCE TWO)!