10. DEWI HALIMAH HAYUNINGTYAS - ARTI SEBUAH PERSAHABATAN
04.51
Ketika air terus
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah, begitupula hidupku
yang terus berlalu demi hari ke hari. Tak terasa ternyata 2 tahun telah berlalu.
Kini dijenjang akhir jenjang yang telah lebih tinggi, semakin berat beban yang
harus kujalani. Akan tak disangka jika tahun depan aku harus pergi meninggalkan
masa-masa SMA-ku yang sangat berharga.
Mereka. Iya, mereka dan
hanya mereka yang selalu ada menemaniku. Anisa dan Farrel. Orang yang selalu ada
untukku dan mengerti keadaanku. Kami mengenal satu sama lain ketika kami kelas
2 SMP. Hal yang selalu membingungkan kami adalah kelas kami selalu bersebelahan
sejak kelas 10. Saat ini Anisa di 12 MIPA 1, Farrel di 12 MIPA 3 dan aku di 12
MIPA 2. Setiap jam istirahat ke-1, kami selalu meluangkan waktu untuk bertemu,
bertukar pikiran dan pergi ke kantin bersama-sama untuk mengisi perut kami yang
telah bernyanyi dengan riang gembira.
Suatu saat, datanglah
seorang anak mutasi dari salah satu SMA di Jakarta. Grace, itulah namanya. Kabarnya
dia pindah ke SMA N 1 Bekasi karena ikut ayahnya yang pindah kerja ke Bekasi.
Kebetulan dia adalah teman samping kelasku, kelas XI MIPA 3. Sepenglihatanku anak
itu baik, sopan dan ramah meski kulihat dia sedikit cerewet. Tapi karena
keramahannya, dia mudah sekali akrab dan disenangi teman-teman sekelasnya.
Pada saat jam istirahat
ke-1, Anisa mendatangi kelasku bersama Farrel, dan kami akhirnya bercerita
banyak hal. Keluh kesal kami lontarkan semua. Kebersamaan saat SMP pun kembali
terasa. Lalu Grace keluar dari kelasnya, mungkin dia bosan terlalu lama di
kelas. Tiba-tiba Grace mendatangi kami. Kemudian dia duduk disamping Farrel,
dan ternyata dia telah akrab dengan Farrel. Disanalah kami mulai saling
mengenal.
Satu pekan kemudian
pada Minggu sore, Anisa, Farrel dan aku bertemu di Café Cihuy, café tempat
biasa kami nongkrong dulu, café yang
tidak jauh dari rumah kami bertiga. Suasana café
di tengah kota itu tidak ada yang berubah dan masih tetap sama seperti dahulu
saat kami sering nongkrong disana. Suara bising dari kendaraan bermotor dan
keramaian para pengunjung memang tidak berubah dari dulu. Maklumlah Bekasi
hampir menjadi kota metropolitan seperti ibukota Indonesia. Kami bercerita
banyak hal, meluapkan berbagai rasa kekesalan dan keresahan di hati. Tiba-tiba
saat kami sedang asyik bercerita berbagai hal, ada seseorang yang memanggil
Farrel. Ternyata itu Grace, teman sekelas Farrel. Pada awalnya aku merasa
senang akan kedatangannya. Tapi lama-kelamaan aku merasa kesal, dan merasa
tidak nyaman akan kedatangannya. Dia mulai akrab dengan Anisa. Padahal dia baru
bertemu sekali dengannya. Ya memang sih, keramahannya membuatnya mudah sekali
akrab dengan orang-orang.
Sejak saat itu, Grace
mulai dekat dengan Anisa dan Farrel. Setiap kali aku ingin ke kelas Anisa, selalu
ada Grace disana, dan setiap aku ingin ke kelas Farrel, selalu ada dia disana. Iya
memang awalnya rasa kekesalanku biasa saja, tetapi lama-kelamaan dia membuat
rasa kekesalanku menjadi lebih parah.
Suatu saat, hari yang
ku tunggu-tunggu tinggal 2 hari lagi. Pesta ulang tahun Sofi, ya pesta ulang
tahunku yang ke-17. Karena tampang dan namaku yang kata teman- temanku yang
masih imut, membuat ibuku menjadikan tema pesta ulang tahunku serba disney. Padahal di ulang tahunku ini aku
sudah berumur 17 tahun, tetapi pestaku serba disney seperti pesta ulang tahun anak kecil. Tapi aku senang, karena
aku bersyukur aku dapat merayakan pesta ulang tahunku bersama ayah, ibu,
teman-teman dan sahabatku. Aku mengundang semua teman sekelasku, teman sekelas
Farrel dan teman sekelas Anisa, karena aku akrab dengan mereka.
Ternyata di malam hari
H ulang tahunku, Anisa dan Farrel secara mendadak lewat socmed 30 menit sebelum pesta dimulai, memberitahukan padaku kalau
mereka tidak bisa datang. Mereka bilang kalau mereka ada acara mendadak yang
tidak bisa diganggu gugat. Seketika hatiku hancur, aku sedih, dan tidak selera
lagi untuk datang ke pesta ulang tahunku sendiri. Lalu untuk menghibur hatiku
yang pedih ini dengan bermain hp dan membuka socmed-ku. Ternyata, Anisa membuat status di path dengan Farrel dan
Grace yang lokasinya di Rumah Grace. Aku kesal, aku sebal, karena mereka tidak
datang ke pesta ulang tahunku tetapi mereka lebih memilih untuk bermain di Rumah
Grace.
Keesokan harinya, Anisa
dan Farrel menghampiri kelasku. Mereka meminta maaf karena tidak bisa datang ke
pesta ulang tahunku, mereka juga minta maaf karena memberitahukan padaku secara
mendadak dan lewat socmed. Walaupun
mereka sudah minta maaf dan aku memaafkannya, tetapi aku tetap saja kesal
apalagi dengan Grace, seorang anak mutasi yang langsung akrab dengan sahabatku,
padahal aku lebih dahulu kenal dan akrab dengan Anisa dan Farrel.
Saat pagi menjelang
siang pada jam istirahat ke-1, aku, Anisa dan Farrel bersama-sama pergi ke Kantin
karena perut kami yang sudah seperti diremas oleh para pekerja yang ada di
dalam perut kami. Tetapi sebelum kami sampai di Kantin, tiba-tiba Grace datang
dan ikut ke Kantin bersama kami. Raut wajahku yang semula tersenyum bahagia,
berubah menjadi kesal dan badmood.
Lalu sebelum sampai ke Kantin, aku memutuskan untuk kembali ke kelas saja,
karena rasa kekesalanku terhadap Grace sudah memuncak dan kalau aku tidak
cepat-cepat kembali ke kelas, kekesalanku yang sudah memuncak itu akan meledak.
Sesampainya di kelas,
aku mencorat-coret buku tulis catatanku dengan perasaan kesal. Aku kembali badmood. Lalu bel masuk berbunyi tanda
guru akan masuk dan kami harus belajar kembali. Pelajaran yang seharusnya mudah
masuk ke dalam otakku, tetapi menjadi sulit karena aku sedang kesal pada Grace.
Sewaktu pulang sekolah,
setelah bel berbunyi dan guru keluar kelas, aku langsung pulang dan tidak
memikirkan apapun lagi. Ketika di parkiran motor, aku bertemu dengan Anisa dan
Farrel. Mereka berkata bahwa Grace minta maaf jikalau dia ada salah padaku.
Tetapi setelah mereka memberitahukan padaku mengenai hal tersebut, dengan ke-badmood-an aku yang susah diatasi, aku
langsung saja mengegas motorku dan pergi dari hadapan mereka. Setelah sampai di
rumah, aku membuka hp dan menyalakan mobile
data ku. Ternyata chat line yang
masuk sangat banyak dan itu semua dari Anisa dan Farrel. Chat-chat mereka di grup kami bertiga tidak ada satupun yang aku
balas, dan juga chat personal mereka
denganku tidak ada satupun yang aku baca. Kekesalanku yang telah memuncak sangat
sulit untuk dipadamkan. Lalu aku meredakan emosiku dengan sholat dan berdoa
pada Yang Maha Kuasa. Aku ceritakan semua pada Allah swt. tentang kekesalanku
pada Grace. Lalu setelah aku selesai sholat agar emosiku semakin mereda, aku
mencoba untuk tidur siang dan tidak mengecek hp lagi sampai esok hari.
Keesokannya di Sekolah
pada saat istirahat ke-1, aku pergi ke toilet. Lalu saat melewati kelas XI MIPA
3, kelas Farrel dan Grace, aku melihat kalau Grace sedang kesakitan dan dia sedang
ditemani oleh Anisa dan Farrel. Dia terus memegangi kepalanya. Kemudian aku
bertanya pada salah satu teman sekelasnya tentang apa yang terjadi pada Grace.
Ternyata Grace memang sedang sakit pada hari itu. Lalu rasa kekesalanku
terhadap Grace seketika hilang, karena mendengar berita tersebut. Ketika aku
telah selesai bertanya pada salah satu temannya Grace, Anisa melihatku dan
tanpa ba-bi-bu aku langsung pergi ke kelasku. Awalnya pada saat istirahat itu
aku mau pergi ke toilet, tetapi tidak jadi.
Siangnya aku membuka hp
dan melihat-lihat socmed-ku. Ternyata
setelah kejadian tadi pagi, Anisa langsung nge-line dan memintaku setelah pulang sekolah untuk bertemu di café Cihuy, tempat biasa kami berkumpul.
Di sana Anisa dan Farrel menjelaskan semua apa yang telah terjadi. Ternyata
benar, Grace memang sakit parah. Dia mengidap penyakit kanker otak stadium 3.
Penyakit tersebut sama dengan penyakit yang telah merenggut nyawa kakakku.
Farrel telah mengetahui penyakit yang diidap Grace ini ketika dia sedang
mengerjakan tugas kelompok di kelas dengan Grace dan Farrel bercerita bahwa
penyakit yang diidapnya sama dengan penyakit yang diidap almarhum kakaknya
Sofi. Tetapi Grace berpesan pada Farrel untuk hanya bercerita tentang
penyakitnya pada Anisa dan tidak menceritakan penyakitnya padaku karena takut
aku mengingat-ngingat lagi kejadian yang telah menimpa alhamrhum kakaku. Lalu
Farrel menceritakan penyakit Grace yang sama dengan almarhum kakaknya Sofi pada
Anisa. Pada saat pesta ulang tahunku yang ke-17, mereka datang ke Rumah Grace
untuk menjenguknya, dan bukan untuk bermain di sana. Pada saat itu juga, aku
merasa sangat bersalah pada Grace. Aku merasa orang yang paling egois dan hanya
memikirkan perasaanku sendiri. Padahal Grace telah memikirkan perasaanku. Dia
berfikir jika dia memberitahukan penyakitnya padaku, aku akan mengingat-ngingat
lagi kejadian yang telah terjadi pada almarhum kakakku.
Lalu keesokan harinya,
aku ingin meminta maaf atas semua rasa kekesalan dan perasaan burukku pada
Grace. Tetapi setelah aku datang ke kelasnya, ternyata Grace tidak masuk
sekolah, karena dia sakit. Pada saat itu juga, aku semakin merasa sangat
bersalah padanya, karena kelakuanku dan keegoisanku yang tidak memikirkan
perasaan orang lain. Kemudian aku mengajak Anisa dan Farrel untuk menjenguk
Grace di rumahnya setelah pulang sekolah. Lalu setelah bel berbunyi dan guru
keluar dari kelasku, aku langsung menghampiri Anisa dan Farrel, dan segera
untuk pergi menjenguk Grace di rumahnya.
Sesampainya kami di
Rumah Grace, tenyata Grace nya sedang istirahat karena sejak pagi dia merasa
kesakitan di bagian kepalanya. Setelah mendengar hal tersebut, kami menunggu
Grace sampai dia bangun. Sekitar pukul 4 sore, kami diberitahu oleh ibunya
Grace kalau Grace sudah bangun. Lalu dengan segera aku, Anisa dan Farrel masuk
ke kamarnya. Aku meminta maaf atas semua rasa kekesalanku dan rasa keegoisanku
pada Grace. Dengan keadaannya yang masih lemas, dia memaafkanku dengan
mengeluarkan suaranya yang lirih. Aku menceritakan semua yang telah diceritakan
oleh Anisa dan Farrel tentang dirinya. Sekali lagi aku meminta maaf padanya
karena perbuatanku yang tidak memikirkan perasaan orang lain. Sejak saat itu,
aku dan Grace mulai bersahabat dan aku mulai menerima kedatangan Grace dalam
persahabatanku dengan Anisa dan Farrel.
0 komentar