32. YEREMIA - PENYESALAN YANG MENDALAM

02.14

Namaku Yeremia , biasa di panggil yere, aku bersekolah di SMAN 1 bekasi. Ini adalah hari pertamaku masuk sekolah. Dari sini lah ceritaku di mulai. Aku baru mengenal mereka semua, orang-orang yang belum pernah aku kenal sebelumnya


Suara alarm dari jam membangunkanku yang tengah tertidur pulas. Dengan masih “setengah sadar” aku beranjak dari tempat tidurku dan segera merapikanya. Setelah itu aku bersiap – siap untuk berangkat ke sekolah . Yap… , sekolah. Aktivitas yang telah kulakukan selama ini. Bedanya hari ini adalah hari pertamaku sekolah di SMA.Setelah bersiap, tak lupa ku panjatkan doa agar selamat di perjalanan. Setelah semua nya siap, ku tunggangi motorku dan segera berangkat ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, aku memakirkan motorku . Dengan rasa malu yang amat sangat, ku beranikan diri untuk melangkahkan kakiku masuk ke kelas baruku. Aku hanya duduk terdiam melihat semua teman teman ku yang duduk diam terpaku sepertiku. Sampai akhirnya ada seseorang yang kulihat memang orang yang tidak pemalu menyapaku dengan ramah “hai, nama gua Farrell, salam kenal ya”. Dengan gugup ku balas sapaan tersebut “eh iya, nama gua Yeremia, salam kenal juga ya.” Dia langsung menaruh tas nya di sebelah ku dan duduk di situ , kita mulai berbincang tentang asal smp kita masing-masing.

Datang pula Raka dengan gaya yang agak “slengehan” dan bertanya, nama lu siapa?” Sambil mengulurkan tangannya. Aku menjawab”Nama gua Yere”. Ada juga Adit yang agak pendiam datang menghampiri ku dan memperkenalkan dirinya

Setelah berhari hari kita ngobrol. Aku merasa senang dapat menjadi temannya , karena dia adalah teman yang sangat baik. Dia juga orang yang humoris , sehingga setiap hari aku di buat tertawa olehnya.

Aku juga mulai mengenal banyak temanku yang baru. Ada yang bernama Raka dan Adit. Ketiga orang ini telah menjadi teman dekat ku selama aku menduduki masa SMA ini. Raka ada orang suka bercanda, bahkan di saat yang serius pun ia suka bercanda,sama seperti Farrell
Berbanding terbalik dengan Adit. Jika ia tidak di ajak bercanda, ia tidak akan bercanda sedkitpun. Tetapi aku sangat senang memiliki teman baru seperti mereka bertiga.

Kita berempat suka berkumpul bersama di belakang kelas saat waktu istirahat untuk membicarakan hobi kita masing-masing.Ternyata kita memiliki hobi yang sama yakni bermain basket. Aku tambah senang menjadi teman mereka berempat.

Akhirnya kita berempat memutuskan untuk masuk ke ekskul yang sama yakni BC1 smansasi, ini adalah salah satu ekskul olahraga yang ada di SMAN 1 Bekasi. Lebih tepatnya ekskul basket.
Saat itu kita sedang latihan basket bersama , setelah selesai bermain bisa seperti biasa kita kumpul berempat untuk bercerita tentang apapun yang sedang kita bicarakan. Maklum anak muda jaman sekarang jamannya curhat-curhatan.

Hari itu Raka sepertinya dalam keadaan yang tidak baik, bisa di lihat dari ekspesi wajahnya yang redup tak bersemangat dan sedikit amarah tampak di wajahnya . Akhirnya aku mulai bertanya kepadanya” Kenapa lu rak?” Lalu Farrell juga bertanya kepada Raka tentang hal yang sama. Tetapi tidak dengan Adit , seketika ia meninggalkan kita .Raka menjawab dengan nada yang tidak bersemangat “Kenapa apanya? Gua gapapa”

Di dalam benaku aku bertanya-tanya “ada apa ya dengan Raka?” apakah aku salah berbicara atau apa?”.Hari berganti hari Raka tetap terlihat seperti itu. Setiap hari itu pun aku selalu menanyakan hal yang sama kepadanya “ ada apa raka?” dan dia terus memberikan jawaban yang sama.

Sampai akhirnya raka pun mulai menceritakannya kepadaku tentang masalahnya. Ternyata sebelum kita latihan bersama waktu itu . Raka dan Adit mempunyai permasalahan personal. Yaitu Adit telah melontarkan candaan yang melukai Raka. “Mungkin saat adit melontarkan candaan itu Raka sedang dalam keadaan yang tidak baik” Pikirku dalam hati. Aku bingung harus membela yang mana. Karena kedua orang ini adalah teman dekatku.

Keesokan harinya aku dan Farrell berusaha untuk mendatangi Adit. Aku dan Farrell menghampiri Fathi yang sedang duduk di barisan paling depan kelas. Aku pun segera bertanya kepadanya “ Eh dit. Kayaknya lagi ada masalah ya sama Raka?” “Hah masalah?,gua gaada masalah kayaknya sama dia, mungkin karena waktu itu gua ledekin bapanya kali jadi gitu, biasanya juga engga pernah marah kalau gua ledeki” Sahut Adit. “ wah mungkin lagi “dapet” dia” sambaran Farrell yang membuat kita bertiga tertawa.

Lalu kita bertiga menghampiri Raka. Kita mulai bertanya kepadanya, ada apa denganya. Lalu ia mulai menceritakan masalah yang terjadi. Di keluarganya sedanh terjadi masalah yang besarr. Ayahnya sedang sakit keras. Raka pun bingung ia harus bagaimana, karena ayahnya merupakan tulang punggung bagi keluarganya.

Raka pun harus memutarbalikan otaknya untuk berfikir bagaimana caranya agar bisa menggantikan ayahnya yang sedang sakit. Maklum, Raka ada lah anak tertua di keluarganya. Selama ayahnya masih sehat, Raka dan ayahnya tidak cukup dekat, karena ayahnya pergi pagi dan pulang sudah sangat larut malam. Raka menjadi anak yang kurang perhatian ayahnya, dia menjadi orang yang suka membantah ibunya. Ibunya pun hanya bisa mengelus-elus dadanya. Ia juga menjadi anak yang tidak menghormati ibunya , berbanding terbalik dengan apa yang kulihat selama ini tentang Raka.

Kami berempat mulai memikirkan caranya bagaimana Raka bisa sementara menggantikan ayahnya. Farrell menyarankan agar Raka bekerja sebagai waiterss, tetapi itu tidak akan sempat, karena sekolah kami pulang jam set 4 sore.

Akhirnya aku mempunyai ide yang cukup cemerlang. Karena kemahiranya memaikan bola basket, maka kusarankan Raka mengikuti seleksi masuk Tim yang mewakili kota bekasi. Jika bisa masuk ke sana, maka mendapatkan suntikan dana dari kota Bekasi dan itu dapat membantu pengobatan ayahnya.Raka pun menyetujui ide ku tersebut.

Keesokan harinya Raka tidak masuk sekolah, karena hari ini ia harus mengantar ayahnya ke rumah sakit untuk di rawat,karena keadaanya semakin memburuk. Sepulangnya sekolah aku Farrell dan Adit mendatangi rumah sakit itu dan memberikan semangat untuk keluarga Raka. Ebelum Sekaligus Adit meminta maaf atas ledekannya yang telah melukai hati Raka.

Hari itu pun tiba. Hari dimana Raka akan mengikuti seleksi masuk Tim kota bekasi. Dia mengatakanya sesuatu padaku “Kalo gua masuk tim bekasi, gua bakalan bisa ngobatin ayah gua dan buat kedua orang tua bangga”. Aku pun merasa senang dengan semangat yang dimiliki Raka
Setelah selesai seleksi, Pengumuman pun di bacakan, Kami ber 3 ikut datang untuk mendengar pengumumannya. Orang yang mengumumkan menyebutkan satu persatu nama dan akhirnya nama Raka disebut. Senang bukan kepalang kami ber 3 melihat keberhasilan Raka

Setelah ia menerima uang hasil jerih payahnya. Ia langusung ingin kembali kerumah dan bertemu ibunya untuk memberitahu berita yang membahagiakan ini. Maklum selama ini Raka hanya bisa membuat ibunya menangis dan menangis.

Kami bertiga menemani Raka menuju rumahnya. Setelah sampai ia langsung memeluk erat ibunya bagai anak kecil sedang ketakuan. Raka mulai berkata “Aku berhasil bu, aku masuk tim Bekasi, kita bisa bayar pengobatan ayah”. Dengan mata yang berkaca-kaca, ibu dari raka mulai berkata” Ibu bangga sama kamu.” Setelah itu mereka saling berpelukan satu sama lain
Keesokan harinya kami ber 4 tidak bersekolah , karena kita akan menemani Raka untuk menyampaikann berita bahagia bahwa ia bisa mengobati penyakit ayahnya.

Namun Tuhan berkata lain.Saat kami tiba di rumah sakit tempat ayahnya di rawat, ibunya pun sudah menangis tersedu-sedu di depan ayahnya yang sudah terbujur kaku. Raka ikut menangis. Begitu pula kami. Raka merasa sangat bersalah kepada ayahnya, karena ia belum sempat meminta maaf atas segala kesalahanya kepada ayahnya. Ia hanya bisa menangisi kepergian ayahnya sambil memnita maaf.

Raka dan ibunya sekarang sudah memulai lembar hidup yang baru tanpa seorang ayah. Beberapa hari setelah kepergian ayahnya Raka terus di rundung kesedihan yang mendalam, kami juga bisa merasakan apa yang tengah Raka rasakan. Kami selalu mencoba menghiburnya
Meskipun begitu pada akhirnya ia bisa terus semangat dan terus berusaha untuk melanjutkan kehidupannya. Ia akan terus berusaha untuk menjadi pemain basket papan atas agar bisa membiayai segala keperluan ibunya yang sekarang masih ada.

Penyesalan kita memang selalu datang terlambat. Tetap sayangi orangtua kita selagi ada, seburuk apapun mereka. Merekalah yang telah mengurus kita hingga dewasa saat ini. Belum tentu dewasa nanti kita bisa membahagiakan mereka.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe