24. RAIHAN SETYO WIBOWO - JALAN DAKWAH
02.24
Mentari mulai menampakkan wajahnya,
diiringi suara bising klakson bersahutan. Mobil-motor berlomba berebut jalan.
kemacetan seolah-olah menjadi sarapan pagi Kota Bekasi. Tetapi, hal tersebut tak
pernah menyurutkan semangat Adit, Murid salah satu SMA ternama di Kotanya,
untuk datang pagi-pagi walau sekedar mengisi imtaq pagi.
Imtaq pagi merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan beberapa
sekolah negeri. Tetapi, SMA dimana Adit
menimba ilmu sekarang berbeda dari sekolah lainnya. Rohislah yang ditugaskan
sekolah untuk melaksanakan imtaq pagi. Sesampainya disekolah, Adit langsung
mengambil seribu langkah menuju ruang intercom, dimana Ia biasa menyampaikan
tausiyah pendek sebagai pembuka kegiatan belajar-mengajar disekolahnya.
Selesai berceramah, Adit berjalan
pelan menuju kelasnya, sembari merenungkan apa yang telah dilakukannya. “Alhamdulillah, hari ini masih bisa
berangkat pagi, masih bisa imtaq pagi juga, tapi….kira-kira teman-teman pada
dengerin gak ya?” gumam Adit dalam hati. Sering Ia merasa, bahwa Imtaq pagi
yang dipegang oleh Rohis kurang mendapat perhatian dari murid lainnya.
Maklumlah, Rohis memang bukan termasuk ekstrakurikuler wajib seperti Paskibra,
Pramuka, dan PMR, sehingga Rohis sering dianggap sebelah mata oleh para siswa.
Tetapi, meskipun demikian, Adit yakin bahwa apa yang dinamakan dakwah itu
tidaklah mudah. Ia teringat pesan seniornya” Dakwah itu merupakan sesuatu yang
berat. Bahkan Rasulullah SAW pun selalu mendapat perlawanan dari kaumnya, tetapi
Beliau tidak menyerah, selalu berjuang mendakwahkan Islam. Hingga Islam bisa
tersebar luas di Dunia hingga sekarang, masyaa
Allah.”
”Adit! Kamu ngelamunin apa? Ayo ke Kelas, sudah mau bel tuh.” Seseorang
tiba-tiba menepuknya. Ia adalah Setyo, teman sekelas Adit. Adit terbangun dari
renungannya dan mengikuti Setyo bergegas menuju kelas…………………
…………….
Allahuakbar…..Allahuakbar
Akhirnya suara adzan berkumandang, Adit langsung bergegas ke Masjid,”Maestra….Teddy….ayo sholat, jangan main bola terus! “ Ajak Adit. “Iya nanti, kamu duluan aja.” Sahut mereka, menolak. “ Tapi kan sebentar lagi iqomah, terus mau sholat kapan.” Balas Adit. “Iya iya, nanti juga sholat kok.” Lalu mereka melanjutkan permainannya, mengacuhkan Adit. Belum lama Adit berjalan, terlihat olehnya berhelai-helai perhiasan wanita, keluar dari kerudungnya. “Nafaya, itu kerudung benerin dulu, aurat itu!” . “Nggak” jawab temannya spontan, Adit mengulangi dan mengulangi perkataannya, namun tak berubah pula jawaban yang diberikan temannya. “Astagfirullah, susah amat sih pada dinasihatin. Kan buat kebaikan mereka sendiri.” Gumam Adit dalam hati.
Allahuakbar…..Allahuakbar
Akhirnya suara adzan berkumandang, Adit langsung bergegas ke Masjid,”Maestra….Teddy….ayo sholat, jangan main bola terus! “ Ajak Adit. “Iya nanti, kamu duluan aja.” Sahut mereka, menolak. “ Tapi kan sebentar lagi iqomah, terus mau sholat kapan.” Balas Adit. “Iya iya, nanti juga sholat kok.” Lalu mereka melanjutkan permainannya, mengacuhkan Adit. Belum lama Adit berjalan, terlihat olehnya berhelai-helai perhiasan wanita, keluar dari kerudungnya. “Nafaya, itu kerudung benerin dulu, aurat itu!” . “Nggak” jawab temannya spontan, Adit mengulangi dan mengulangi perkataannya, namun tak berubah pula jawaban yang diberikan temannya. “Astagfirullah, susah amat sih pada dinasihatin. Kan buat kebaikan mereka sendiri.” Gumam Adit dalam hati.
Usai sholat, Adit merenung diri dalam heningnya Masjid, “Kenapa sih
orang jaman sekarang diajak kebaikan aja susah? kenapa orang banyak yang senang
dengan maksiat? Padahal nyawa pun tak tahu kapan terangkat, kiamat pun semakin
dekat. Lalu kapan kita kan tobat? Astagfirullah.
Ya Allah, luruskanlah teman-temanku dijalan yang benar…”
Tiba-tiba ditepuk badannya dari belakang, “Assalamu’alaikum Adit,
kenapa? kok dari pagi termenung terus sih? Cerita dong!”. “Wa’alaikumussalam,
ternyata Setyo lagi, nggak ada apa-apa kok. Cuma merenungi diri.” Adit menjawab
salam Setyo, “Kenapa Dit? Kamu lagi mikirin seseorang ya? Seorang wanita kah?
Ciee…..Cieee….akhirnya Adit punya temen akrab nih!”Ledek Setyo.”Apasiih! jangan
samain aku sama kamu dong!” balas Adit
“Jadi begini…..” Adit mulai menceritakan apa yang dirasakannya kepada
Setyo. Selesai bercerita, Setyo terdiam sejenak. Bel masuk pun tak dipedulikan
mereka, hingga Setyo mulai angkat bibir ”oh..jadi begitu ya? Kukira kamu
membisu bagaikan batu.” Canda Setyo dengan bibir menyeringai. “Jadi Dit, Kita
dalam berdakwah tuh tidak cukup hanya sekali-duakali, kita harus terus
berdakwah, mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran, dalam berdakwah kita
juga hanya bisa mengajak saja,orang tersebut akan berubah atau tidak itu
urusannya dengan Allah. Yang pasti kita harus terus mengajak dan mengajak,
ingat sabda Rasulullah SAW “sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat (HR
Bukhari)”, jadi sampaikanlah kebaikan, sekecil apapun itu. Kelak yang kecil
nanti akan mengubah yang besar.” Setyo pun mengakhiri ceramahnya. Sesaat Adit
terdiam, lalu matanya berbinar, “Alhamdulillah,
makasih ya.” Ucap Adit, “Alhamdulillah,
iya sama-sama. Sekarang kita ke kelas yuk, sudah bel dari tadi.”
Setelah percakapan itu, Adit semakin rajin mengingatkan temannya,
awalnya tak didengar. Namun sekarang ajakannya tersiar, hingga tak asing bagi
teman kelasnya sendiri mendengar ajakan kebaikan. Lambat laun sikap mereka
berubah. Bola sudah ditinggalkan, perhiasan wanita pun terjaga.
Itulah dakwah, melakukannya tidaklah mudah, tak jarang orang menyerah,
bahkan terpikir saja pun tak pernah, tapi inilah amalan, dimana suatu saat akan
membawa pada kebahagiaan.
0 komentar