02. ADITYA SULISTIANTO - JANGAN LUPAKAN AKHIRAT
05.02
Namaku Raka. Aku adalah seorang anak
yang berasal dari keluarga yang sederhana. Aku bersekolah di SMAN 1 Bekasi.
Seperti kata orang – orang, SMAN 1 Bekasi merupakan sekolah unggulan di Bekasi
yang berisi orang – orang pintar dan cerdas. Aku sangat bersyukur dapat masuk sekolah ini. Aku juga suka
berolahraga, terutama basket. Aku, tidak pernah mengenal lelah jika sedang
bermain basket.
Seperti biasa, sebelum matahari
terbit dari ufuknya, Aku sudah bangun untuk mengerjakan tugas – tugas sekolah
yang seakan – akan tiada habisnya. Aku tidak memiliki banyak waktu untuk
mengerjakan tugas - tugasku, karena
sistem kurikulum 2013 yang digunakan oleh sekolahku, mewajibkan siswa -
siswinya untuk pulang sekitar jam 3. Belum lagi kegiatan ekskulku, dan bimbel
kursusku untuk menunjang pelajaranku di sekolah. Kepalaku seperti ingin pecah
jika terus memikirkannya. “Astagfirullah, kapan tugas - tugas saya kelar !” ucapku.
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, lalu terdengar suara adzan berkumandang
yang menandakan telah masuk waktu subuh. Kemudian, Aku langsung berwudhu dan
bergegas menuju ke Masjid. Setelah shalat subuh, Aku langsung mandi dan
menyiapkan perlengkapan sekolahku.
Sinar matahari semakin terang –
benderang menerangi bumi, Aku harus
langsung berangkat ke sekolah agar tidak terkena kemacatan di jalan. Aku
berwudhu sebelum berangkat ke sekolah, Ku pakai sepatuku dan Ku gulung celanaku
sampai di atas mata kaki. Aku pun langsung bergegas menuju sekolah bagaikan pembalap
motor yang melesat dengan kencang.
Sesampainya di sekolah, Aku langsung menuju kelas XI MIPA 2, yang berada di pojok sekolah dan
jauh dari ruang guru. Perlu perjuangan keras untuk mencapai kelasku. oleh karena
itu, banyak guru yang malas datang ke kelasku. Sebab, para guru perlu melewati
gurun yang luas untuk sampai ke sana. Setelah sampai di kelas, Aku melihat Aida
dan Brenda yang sudah berada di kelas serta sibuk dengan tugas mereka masing -
masing. Aku benar – benar tidak dapat berangkat lebih pagi setiap harinya dari
kedua orang temanku itu. “Asssalamu’alaikum” ucapku ketika masuk ke kelas. “Wa’alaikumussalam”
jawab Aida. Kemudian, Ku letakkan tasku yang berat itu bagaikan berisi batu di
bangku yang paling dekat dengan meja guru. “Alhamdulillah, sampai juga di kelas”
ujarku. Aku langsung mengeluarkan tugas
– tugasku yang belum sempat Ku selesaikan di rumah.
“Kring... kring...” bel masuk
sekolah berbunyi. Tak lama kemudian, teman sebangkuku datang. “Hai Raka, Eh,
ada PR gak ?” tanya Zacky. “Adalah Zack !, hanya mitos kalo sekolah ini gak ada
PR” jawabku. “O Iya, ya hehe.. “ Jawab Zacky. “PR apa Rak ?” tanya Zacky lagi.
“PR mtk” jawabku. “Ok, Gua liat punya lu dong, Rak !” ujar Zacky. “Nih, tapi
nomor 10 gua belum, Gua gak ngerti “ jawab Raka. “No problem, it’s ok !”
ucap Zacky.
Kemudian, “ Ada Bu Sita ! ” ujar teman
sekelasku yang masuk ke kelas, setelah berada di luar. Kelas langsung hening
ketika Bu Sita masuk. Bu Sita juga merupakan Wali kelasku. Jadi, Beliau suka
bertanya tentang permasalahan – permasalahan kelasku. Lalu, Beliau mengingatkan
bahwa besok kita ulangan. Aku kaget tak terhingga mengetahui bahwa besok
ulangan biologi, karena Aku lupa, Aku belum mencicil belajar untuk ulangan
biologi besok. Aku tak sanggup jika harus SKS (Sistem Kebut Semalam).
Setelah pulang sekolah, Aku harus
mengikuti bimbel kursus sampai jam 8 malam. Sehingga ketika Aku pulang, Hari
sudah gelap gulita. Aku pun langsung bergegas ke rumah untuk mengerjakan tugas
- tugas yang belum sempat Aku kerjakan. Setelah mengerjakan tugas, Aku langsung
belajar untuk ulangan biologi besok. Mataku sudah tak sanggup untuk menahan
rasa kantuk yang terlihat jelas di wajahku. Ibuku menyuruhku untuk
melanjutkannya besok pagi saja. Aku pun berwudhu dan bergegas menuju ke kamar
tidur.
“Kring... kring...” jam alaramku
berbunyi. Aku langsung bangun dengan cepat dari tempat tidurku. Aku langsung
belajar untuk ulangan biologi hari ini. Waktu berlalu begitu cepat, hingga Aku
tak memiliki cukup waktu untuk belajar Biologi. Tetapi, mau bagaimana lagi ?
siap tidak siap aku harus menghadapinya.
Ku jalani pagiku seperti biasa,
namun ada yang mengganjal dalam pikiranku. Karena Aku belum siap untuk
mengikuti ulangan biologi. Seperti yang Ku perkirakan, ternyata ulangannya
begitu sulit. Entah Aku yang kurang belajar atau soalnya yang memang sangat
sulit. Semua kerja kerasku seperti percuma. Tetapi, Aku berniat untuk
memperbaikinya di ulangan selanjutnya. Aku tumbuhkan semangatku untuk belajar agar
tidak menggangu pelajaran lainnya, karena besok juga merupakan ulangan fisika.
Maka, Ku persiapkan diriku semaksimal mungkin untuk menghadapi ulangan fisika
besok. Saat hari itu tiba, Aku selalu ketakutan dalam mengerjakan soal ulangan.
Butiran – butiran keringat dingin membasahi kepalaku. Ternyata, fisika
ulangannya juga sulit. Entah mengapa, tapi teman – temanku begitu mudah
mengerjakannya. Aku merasa paling bodoh di kelas ini. Itu membuatku sangat
kecewa, karena ini bukan yang pertama kalinya. Karena kekecewaanku itu, ulangan
– ulanganku selanjutnya menjadi terganggu. Aku menjadi malas untuk belajar.
Cita – citaku seperti hilang diterpa angin karena melihat nilai – nilaiku yang
kurang memuaskan. “Bagaimana Aku bisa menggapai cita – citaku, jika Aku tidak
memiliki nilai yang bagus untuk melanjutkan ke universitas yang Aku inginkan ?”
pertanyaan tersebut selalu terbayang dalam pikiranku. Aku semakin kehilangan
semangatku untuk belajar. Karena, belajar ataupun tidak, Aku pasti akan remed.
Saat waktu sepertiga malam, Aku
bangun dari tempat tidurku seperti biasa. Ku ambil air wudhu untuk melaksanakan
shalat tahajjud. Setelah selesai shalat, Ku panjatkan do’a kepada Allah. Ku keluhkan semua beban hidupku.
“Ya Allah, mengapa Aku selalu mendapatkan nilai yang kurang memuaskan ?,
padahal Aku selalu belajar sebelum ulangan. Bagaimana Aku bisa menggapai cita –
cita ku ?, bagaimana Aku bisa membahagiakan orang tua ku ?. Ya Allah, hamba
benar – benar tidak kuat menghadapi ini semua.” ucapku. Mataku tak lagi dapat
membendung segala kesedihanku. Butiran – butiran air mataku bercucuran deras
jatuh membasahi sajadahku. Sambil tersendat – sendat Ku sampaikan semua keluhku
kepada-Nya.
Kebetulan hari ini hari minggu, Aku
duduk di halaman rumahku sembari memikirkan masalah hidupku dengan memandang
langit yang cerah di pagi hari. Aku bersyukur rumahku berada dekat dengan
persawahan, sehingga Aku bisa melihat detik – detik sang surya menyinari bumi
ini dengan jelas, dan menikmati pemandangan yang hijau, serta menimkmati angin
sejuk yang berhembus meniup rambutku. Tak lama kemudian, “Assalamu’alaikum”
ucap seseorang yang mengkagetkanku. “Wa’alaikumussalam. Ternyata orang tersebut
adalah guru ngaji ku. “Astagfirullah, Pak Ustad bikin saya kaget aja” jawabku
dengan terkejut. “Kamu ngelamun mikirin apaan ?” tanya Pak Ustad. Aku tetap
terdiam.“Kamu kenapa ? mukanya kok
ditekuk gitu ?” tanya Pak Ustad lagi. “Gapapa pak” jawabku. “Udah cerita aja,
mungkin ada yang bisa Pak Ustad bantu ?” ucap Pak Ustad. Ku ambil nafas
sejenak, lalu Aku putuskan untuk menceritakan masalahku ke beliau. Aku percaya
dengan beliau, karena beliau yang selalu mengajarkanku membaca dan menghafal Al
– Qur’an. Beliau juga yang selalu mengajakku untuk menghadiri kajian – kajian
islam sehingga Aku mengenal islam lebih dalam. Tapi, akhir – akhir ini Aku
memang sudah tidak pernah datang mengaji dengannya lagi, apalagi menghadiri
kajian – kajian islam, Aku benar – benar tidak ada waktu, karena Aku terlalu
sibuk dengan sekolah.“Jadi gini pak, saya selalu dapat nilai ulangan jelek di
sekolah, padahal saya udah belajar. kalau gini terus saya gak sanggup pak”
Ucapku. “Kamu mau menyerah ? tanya Pak Ustad. Aku diam saja sambil menekuk
wajahku. “Gini nih Rak, Apakah Allah pantas untuk mengubah diri kamu, jika kamu
menyerah ?. Padahal Kamu hidup dalam keluarga yang berkecukupan, dan umurmu
juga masih sangat belia, lalu kenapa Kamu menyerah ?” tanya Pak Ustad. Aku pun
diam tak bisa menjawab apapun, lalu Pak Ustad meneruskan berbicara. “Kalau kamu
sudah berusaha dengan keras, mungkin sebenarnya Allah hendak menguji Kamu
terhadap nikmatnya.
Mungkin, belum tentu yang kamu suka mendapat nilai bagus
itu baik bagimu, dan yang kamu tidak suka mendapat nilai jelek itu tidak baik
bagimu. Karena, kamu tidak tau apa yang Allah rencanakan selanjutnya untuk
kehidupanmu. Tapi, percayalah Allah selalu memberikan yang terbaik bagi
hambanya. Walaupun itu ujian, Allah tidak akan memberikan ujian itu diatas
kemampuan para hambanya. Allah memberikan ujian melainkan untuk mengiatkan hambanya
agar tidak lupa kepada-Nya yang selalu sibuk dengan urusan dunia.” ucap Pak
Ustad. “Nah, sekarang kamu udah menjalankan tugasmu sebagai hamaba belum, Rak
?” tanya Pak Ustad. “Saya selalu shalat wajib sama sering shalat sunnah, pak.
Saya pikir kehidupan dunia dan akhirat saya sudah seimbang” jawabku. “Ok,
sekarang kita itung – itungan aja, Raka anak SMAN 1 Bekasi pasti bisa MTK kan
?” tanya Pak Ustad. “Alhamdulillah, bisa pak” jawabku. “Dalam 1 hari ada berapa
jam ?” tanya Pak Ustad. “Ada 24 jam, pak” jawabku. “Dalam 1 jam ada berapa
menit ?” tanya Pak Ustad lagi.”Ada 60 menit, pak” jawabku “ Dalam 1 hari
berarti ada berapa menit ?” tanya Pak ustad. “ada 1440 menit, pak” jawabku
lagi. “Nah, sekarang kamu kalau shalat berapa menit ?” tanya pak ustad. “Gak
tau pak, paling lama 5 menit itu udah termasuk do’a sama dzikir setelah shalat”
jawabku. “Oke, shalat wajib kan 5 kali, berarti kamu ada waktu untuk Allah
berapa jam ?” tanya pak ustad lagi. “Gak ada setengah jam pak, hehe...” jawabku
dengan malu. “Oke, itung aja ditambah waktu shalat sunnah kamu jadi 1 jam. Nah,
apakah kamu udah menjalankan tugas kamu sebagai hamba-Nya ?” tanya Pak Ustad.
“Belum, pak” jawabku dengan rasa penuh menyesal. Aku masih tidak bisa
menyempatkan 1 menit untuk membaca 1 ayat pun dalam Al – Qur’an, apalagi
menghafalkannya. Aku terlalu sibuk belajar untuk masa depanku. “Tapi, pak.
Belajar untuk masa depan kan juga kebaikan ?” tanyaku dengan rasa penuh kebenaran.
“Memang belajar untuk masa depan yang lebih baik juga merupakan suatu kebaikan,
namun Allah memerintahkan kita untuk mengejar akhirat dan jangan lupakan dunia,
bukan mengejar dunia dan jangan lupakan akhirat, Rak” jawab pak ustad. “Jadi
saya harus gimana pak ?, disatu sisi saya mau belajar agar dapat mengubah masa
depan saya, tapi disisi lain saya juga gak mau jauh dari Allah ?” tanyaku.
“Rak, gini nih, belajar ilmu dunia untuk
masa depan yang lebih baik merupakan suatu kebaikan, belajar ilmu membaca dan menghafal Al – Qur’an untuk
mempersiapkan kehidupan di akhirat kelak juga merupakan suatu kebaikan, maka
tidak akan mungkin kedua – duanya saling bertolak belakang.” jawab Pak Ustad.
“Maksudnya, pak ?” tanyaku lagi. “Simpelnya gini Rak, kalau kamu belajar ilmu
akhirat seperti ikut kajian islam, belajar memmbaca dan menghafal Al – Qur’an,
gak mungkin bikin nilai ulangan – ulangan sekolah kamu jelek. Jadi, kamu gak
usah bingung lagi, lakukan aja yang terbaik, baik ataupun buruk hasilnya,
serahkan saja kepada Allah, dia tau mana yang terbaik untuk kita.” ucap Pak
Ustad. “Iya, saya gak akan nyerah lagi, pak” sautku dengan semangat. “Ya udah,
saya mau ke mesjid dulu. Assalamau’alaikum” ucap Pak Ustad. “Wa’alaikumussalam”
jawabku.
Esok harinya, Aku mulai membuka
lembaran baru. Aku menyesal telah menyerah. Aku ingin terus berusaha. Aku sadar
Aku telah jauh dari Allah, Aku selalu sibuk dengan urusan duniaku, sehingga Aku
melupakan tugasku sebagai hamban-Nya. Aku sadar percuma jika Aku pintar, tetapi
tidak ada ada satu ayat Al – Qur’an pun
yang ku hafal. Aku sadar Aku masih tidak bisa istiqomah menjalankan syari’atnya.
“Alhamdulillah, terima kasih ya
Allah, engkau telah memberikan hidayah kepada hamba” ucapku. Aku yakin ini
hanya masalah management waktu, Aku akan berusaha semaksimal mungkin
untuk istiqomah dalam menjalankan syari’at islam, meraih cita – citaku,
membanggakan orang tuaku, serta menjadi Hafizd
– Qur’an.
0 komentar