34. ZHAQY HIKKAMMI G.R - LEWAT TENGAH MALAM
02.09
Jam
menunjukkan pukul 23.00 WIB,
seperti malam-malam biasanya. Arini selalu mematikan lampu kamar tidurnya dan
menutup seluruh tubuhnya dengan selimut bergambar Barbie
kesayangannya,
"Ku harap,
aku bisa tidur nyenyak malam
ini tanpa tahu makhluk apa yang
mendatangi ku di kala tengah malam tiba" ujar Arini sambil merinding
ketakutan.
Lalu ditutupinya
seluruh tubuh dengan selimut,
yang membuat keringat pun sedikit demi sedikit mulai bercucuran,
membasahi baju Arini yang sedang dipakainya saat itu.
Saat
Arini mencoba untuk tidur,
tiba-tiba terdengar suara samar dari bawah bantal, Arini yang tengah memejamkan matanya lalu tersentak, dan matanya terbelalak
kaget mendengar suara apa
yang
muncul dari bawah bantalnya. "Suara apa itu??" Dengan perlahan tapi
pasti, Arini mengangkat bantal yang dipakainya saat hendak tidur, tiba-tiba...
"Astaghfirullah... ternyata itu
dering hp-ku sendiri" sambil menghela nafas lega, begitu melihat pemberitahuan
dari handphone-nya, rasa kaget Arini terbayarkan,
ternyata terdapat pesan dari Fathi, yaitu pacarnya semenjak SMA. Ya, sekarang mereka sudah kuliah dan berpisah jarak
jauh antara Malang dan Jakarta, "Udah tidur ya? Maaf ya baru pasang paket internet"
Pesan dari Fathi di sebuah sosial
media bernama
line, "Ini mau tidur, iya gapapa
kok" balas
Arini. Saat tengah asyik balas-membalas
pesan dari Fathi, Arini pun lupa waktu untuk segera tidur dan terus saja membalas pesan dari Fathi, hati Arini berbunga-bunga saat itu, Ia bagaikan
tinta yang baru saja bertemu dengan kertas, dan meluapkan seluruh isinya di atas permukaan kertas.
Jam
tua dengan lonceng besar berdentang menyusuri seluruh bagian lorong rumah Arini, suara jam tua yang sudah berusia
hampir 40 tahun tersebut, membuat keheningan malam itu terpecahkan dan sangat mencekam.
Apalagi, dia baru sadar jika
kedua orangtua-nya sedang dinas di Bandung, dan salah satu pekerja rumahnya,
yaitu si mbak sedang pulang ke
kampungnya dengan alasan ibunya yang sedang sakit. Dia hanya sebatang kara pada
malam yang sunyi itu. Sehingga, membuat Arini sedikit bergidik ngeri mendengar
dentangan jam yang semakin lama semakin keras di telinganya, dentangan itu
menunjukkan waktu masuk tengah malam. Ia pun dengan sekejap memeriksa telepon genggam
miliknya, dan benar saja saat ini sudah lewat tengah malam. “Pantas saja Fathi tidak membalas pesan
dari ku, mungkin dia sudah
tertidur. Kalau begitu aku juga ingin tidur deh” ujar
Arini sambil merapihkan posisi bantal.
Akhirnya, Arini bersiap untuk tidur. Ia sudah merebahkan
badannya
di atas kasur yang nyaman tersebut, semenit dua menit telah berlalu, Arini pun sudah merasa
sedikit gusar. Kasurnya tersebut sudah mulai terasa tidak nyaman, dinginnya malam itu
menusuk ruas
tulang-belulang Arini, Ia merasa bahwa dirinya tidak hanya seorang diri, melainkan ada
sesuatu yang menatapnya tajam entah dari mana.
“Kamu berani rin! Mungkin ini hanya ketakutan mu
belaka, kamu pasti bisa melewatinya dan selamat hingga esok pagi!” ujarnya di dalam
hati, mencoba menyemangati dirinya sendiri agar tidak begitu takut. Sayup demi
sayup, menit demi menit Arini mulai bisa tertidur, ia sudah mulai lupa akan
ketakutannya tersebut. Tapi kenyataan-nya berkata lain, Arini mulai mendengar
suara gaduh dari dalam lemari kamarnya yang cukup besar, lemari tersebut
terbuat dari kayu jati yang sangat kokoh berwarna cokelat tua. Kali ini Arini
benar-benar merasa takut, bagaimana bisa, lemari yang sejak tadi hening
tiba-tiba menjadi gaduh? “Ohh, mungkin saja ada tikus dalam lemariku, tapi
bagaimana bisa ada tikus? Kamarku jarang terbuka, dan yang masuk kesini paling
cuma si mbak sama aku saja” Arini
menyangkal dirinya sendiri agar dia tidak takut dan tetap tenang, tanpa ia
sadari, pintu lemari tersebut mulai membuka. Perlahan demi perlahan, Ia mulai mendengar
suara lemarinya berdecit seperti didorong dari dalam, “krieeeett…” suara itu sangat terdengar di telinga Arini, seperti
jarum yang menusuk tajam kedalam gendang telinganya. Bersamaan dengan terbukanya
lemari, Arini mencium wangi bunga melati yang menyebar keseluruh ruangan. Dia
sangat takut, tapi terdapat rasa penasaran dari dalam hatinya “Oh Arini, tikus
mana yang bisa membuka pintu lemari sebesar itu? Dan tikus mana yang memiliki
pengharum tubuh beraromakan melati?” pikirnya heran didalam hati.
Arini memiliki tekad yang kuat untuk membuka selimut Barbie-nya. Walaupun, keringat sudah semakin
bercucuran membasahi sprei yang di
pakainya. Di saat waktu seperti itu, Arini mengalami konflik batin. Ia merasa
bimbang haruskah dia mengganti kausnya yang basah atau tetap melanjutkan
tidurnya, rasanya ingin bagi Arini untuk mencari baju tidur yang masih bersih,
namun suara gaduh yang berasal dari
lemarinya semakin terdengar jelas, layaknya ada sesosok makhluk yang
memperhatikannya dan menyuruhnya untuk bangun, agar sosok itu mudah menampakkan
diri dengan jelas. Arini merasa semakin tidak nyaman, rasa takut bercampur
penasaran memaksanya untuk cepat membuka selimut yang dipakainya.
Beberapa detik kemudian, sepertinya Arini mulai tenang,
lagi pula lemari itu sudah berhenti riuh-gaduh. Dengan yakin dan niat yang
sempurna, Arini memberanikan diri untuk membuka selimutnya. Ia bagaikan sosok
tentara yang sedang mengendap-endap untuk menembak sasaran, pelan-pelan Arini
mulai sedikit melihat ke arah lemari yang berada tepat didepannya. Saat melihat
keseluruhan bagian pada lemari, betapa kagetnya Arini yang melihat ada sesuatu
didalam lemari kamarnya itu, Arini meyakini dirinya sendiri kalau itu bukanlah tikus
semata, kamarnya yang gelap membuat makhluk itu tidak terlihat, sehingga Arini
memicingkan mata sambil mengusap matanya berkali-kali agar terlihat jelas. Makhluk
itu seperti sosok wanita yang sedang meringkuk kedinginan, bulu kuduk Arini
mulai merinding dan merasakan ketakutan yang teramat dahsyat. “Siapa kamu?
Kenapa kamu ada dalam lemari ku??” ujar Arini dengan lantang dan sedikit merinding
ketakutan, sosok itu menghiraukan Arini bahkan terdengar bila sosok itu sedang
menangis sedih dengan nada yang naik turun.
“Siapa kamu? Jangan ganggu aku, atau aku akan mengusir
mu dari tempat ini!” celotehan bernada tinggi yang dikeluarkan mulut Arini,
makhluk itu terdiam dan tidak mengeluarkan tangisan lagi. Tangisan itu menyusul
berubah menjadi tawa cekikikan seorang wanita. Suara itu semakin meyakinkan
Arini bahwa benar-benar ada sosok wanita yang sedang bersemayam di lemarinya
saat ini, semua itu membuat Arini tidak bisa bergerak, dia hanya mematung di
kamar tidurnya. Seluruh otot-otot ditubuhnya tegang dan terasa sangat sulit
digerakkan, seperti ada sebuah beban yang sangat berat menghimpit tubuhnya. Di
sisi lain, suara tawa itu semakin keras terdengar. Suaranya begitu menyeramkan,
seakan-akan mengejek Arini yang tengah berada di tempat tidur.
Dengan perlahan-lahan, Arini mencoba mengangkat
tubuhnya dan semakin memberanikan dirinya menghampiri lemari itu. Di saat yang
bersamaan pula, sosok wanita itu mengeluarkan tangannya dari kegelapan lemari. Melihat
hal itu, Arini mengurungkan niatnya untuk menghampiri lemari. Dengan
penglihatan yang samar-samar, Ia melihat sebuah tangan yang agak hancur, dengan
daging yang terkoyak mengelupas tepat di bagian nadi, dan memiliki kuku tajam
yang seakan-akan bisa menusuk kulit Arini kapan saja. Tangan itu terlihat tengah
menggapai-gapai sesuatu, Arini terus memperhatikan tangan itu tanpa berkedip
sedikit pun. Ternyata, sosok itu hendak akan keluar dari lemari dan masih
diiringi oleh cekikikan licik yang bergumam terpantulkan oleh sudut kamar
Arini..
Wanita itu keluar dengan cara merangkak disertai suara
tulang patah yang saling bertubrukan, ia masih belum bisa melihat keseluruhan
tubuh sosok tersebut dan yang ia tahu wanita itu pergi ke arah tembok tepat di
samping lemari. Dengan mengandalkan sedikit cahaya yang tersisa, Arini melihat
sosok wanita tersebut merangkak naik ke tembok menuju ke atas langit-langit
kamarnya yang sudah sedikit lapuk akibat sering terkena air hujan. Wanita tersebut
hilang tepat di pojok kiri atas kamar Arini yang pekat, tanpa ada sedikit
cahaya yang menyinari setitik jarum pun.
Dia benar-benar terhipnotis oleh sosok wanita
tersebut, Ia tidak bisa mengeluarkan sepatah kata sama sekali, tetapi matanya
terus mengikuti sosok itu sampai menghilang di kegelapan. Mata Arini masih saja
tertahan di sudut atas kamarnya, dengan sigap dan cepat Arini mencari power bank pengganti senter untuk
membantu pengelihatannya. Dengan sangat teliti dan berhati-hati dia mencari
dimana sosok tersebut berada, “Aku sudah sering menghadapi iblis seperti
engkau! Tinggalkan aku!” tegas arini dengan ekspresi wajah yang mulai kesal.
Memang, sejak berusia 2 tahun ia sudah bisa melihat
hal-hal yang berbau mistis, tetapi Ia sendiri tidak yakin atas kemampuannya itu.
Dia beranggapan bahwa semua orang memiliki pengelihatan spiritual yang sama
dengannya, dan anggapan yang salah adalah mengira semua ‘makhluk tersebut’
dapat di jadikan teman. Ya… Arini benar-benar merasa bahwa seluruh anggapannya terdahulu
sangatlah bodoh.
Dengan perlahan, senter menyinari sedikit demi sedikit
bagian kamar Arini yang gelap. Terlihat sangat jelas, jejak kaki dan tangan
sosok wanita tersebut menapak di tembok layaknya bayi yang baru bisa merangkak.
Arini terkulai lemas, Ia tidak memiliki cukup tenaga untuk berdiri menyalakan
lampu. Dia benar-benar hanya mengandalkan senter power bank miliknya, Arini ingin pingsan saat itu, namun dengan
sekuat tenaga Ia mempertahankan keseimbangan tubuhnya. Rasa takut Arini semakin
menjadi saat dia mulai menyenter sudut dimana sosok itu menghilang.
“Astaga makhluk ini sangat mengusik ku” gumamnya dalam
hati. Dengan cepat, Ia mencoba mengambil handphone
miliknya untuk mengetahui pukul berapa saat itu, jam digitalnya sudah menunjukkan pukul 01.26 WIB dan dia belum juga
tertidur. Selang beberapa menit setelahnya, Arini membaui sesuatu yang janggal “Hmm… Bau
apa ini?” Celetuk Arini saat menghirup atmosfer kamarnya yang semula beraroma
melati menjadi bau yang sangat busuk, dan saat itu juga jantungnya semakin
berdegup kencang. Wangi busuk itu semakin lama semakin santer di hidungnya, tubuh
Arini gemetar hebat sambil menutup mulutnya yang ingin mengeluarkan isi makan
malamnya tadi sore.
Saat fokus pada penciumannya, terdapat sesuatu cairan yang
jatuh menetes mengenai wajah Arini, Ia mencoba mengusap tetesan yang jatuh itu
dan menciumnya. Rasa mualnya semakin menjadi-jadi, bau tetesan itu sangat anyir
sehingga membuat siapapun tidak akan tahan menghirup baunya. “Tidak… itu bukan
air biasa, bau itu layaknya darah” Ya, Arini bukan terkena tetesan air hujan
atau semacamnya melainkan darah lah yang menetes dan mengenai wajahnya. “Hei! siapapun
kamu, sekali lagi ku peringatkan jangan mengganggu ku! Enyahlah kau!” sentak
setelah mengucapkan kalimat itu, suara cekikikan semakin kencang terdengar
mengitari seluruh langit-langit kamar Arini.
“Pergi dari kerajaanku! Aku tidak suka kau disini,
pergi dari sini! Hihihi…” suara seorang wanita yang terdengar parau memaki dari
langit-langit kamarnya, Arini mencoba semakin berani untuk melihat sosok apa
itu dengan mengarahkan senter ke tempat yang paling gelap. Pelan-pelan dan
begitu hati-hati dia mengarahi senter keseluruh atapnya, tiba-tiba… “nyari siapa neng?” Arini tersentak seakan-akan jantungnya ingin copot, dia melihat
sosok tersebut di atas langit-langit kamarnya dengan posisi terbalik layaknya
kelelawar. Rambut wanita itu terjuntai dari atas ke lantai kamar Arini, matanya
lebam dan mengeluarkan belatung. Separuh wajahnya hancur sehingga terlihat
taring-taring giginya yang runcing, darah segar terus saja mengalir dari mulut
sosok itu yang membuat Arini semakin ingin muntah.
Power bank yang saat itu ia pegang terjatuh dan hancur, saat itu
benar-benar tidak ada penerangan satupun. Arini hanya bisa membaca ayat-ayat
suci Al-Quran yang dia bisa, dengan darah yang terasa mengalir begitu cepat dan
terasa setiap denyutannya. Terror itu belum berhenti, kaki arini terasa seperti
tertarik layaknya ada tarikan dari bawah kasurnya. Awalnya tarikan itu pelan, karena
Arini semakin memberontak, membuat tarikan itu semakin kencang. “tolong!”
teriakan Arini yang semakin menjadi-jadi, Ia semakin lemas, dan sesuatu yang
menariknya terus menarik Arini sampai ia terjatuh dan kepalanya terbentur oleh
ujung tempat tidur yang terbuat dari besi. Semua pandangan Arini gelap dan dia
pun pingsan di tempatnya dengan darah yang mengalir dari ubun-ubun kepalanya.
***
“Pernahkah kau
merasakan sesuatu yang aneh saat tengah malam? Suara-suara tak bertuan, dengan bayangan-bayangan hitam berkelabatan di
kegelapan, atau sosok yang memerhatikanmu dan tersenyum dari tempat yang bahkan
kau sendiri tidak tahu? Pernahkah kau merinding tanpa alasan jelas? atau
tengkukmu terasa dingin dan ada sebuah embusan angin dingin menyapu wajahmu?
Jika iya, berarti...
selamat! Kau sangat beruntung, karena kau sedang mengalami apa yang kusebut
dengan terror tengah malam. Terror yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya,
terror yang bahkan lebih buruk dari mimpi terburukmu.” Kata-kata itulah yang selalu diucapkan Arini saat
tengah sendiri di keramaian rumah sakit.
Sudah 5 bulan Arini berada di rumah sakit, tidak…
Arini tidak terkena penyakit tifus, demam berdarah atau penyakit umum lainnya,
melainkan Arini terkena penyakit gangguan pada jiwanya. Sakit jiwa? Ya.. SAKIT
JIWA, terror itu selalu menghantui Arini di kala gelap dan sunyinya malam.
Terror itu juga bisa mendatangi siapa saja dan dimana saja! Setelah kejadian
itu Arini sering di ganggu oleh makhluk itu hingga jiwanya merasa lelah… Jangan
lari, jangan takut, karena semua itu akan menjadi taburan manis sebelum tidurmu!
Bersiaplah mendapat taburan manis itu di kala malam menjelang! Mungkin kamu lah
selanjutnya…
1 komentar
Alurnya menarik, good job!
BalasHapus